Sejarah Desa
Legenda dan sejarah Desa Batungsel
Desa Batungsel merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Berdasarkan cerita masyarakat yang berkembang dari generasi – ke generasi di Desa Batungsel, tanpa adanya suatu bukti tertulis, namun masyarakat Desa Batungsel percaya dan meyakini kebenarannya. Adapun sejarah asal usul nama Desa Batungsel adalah sebagai berikut :
Pada zaman dahulu kala, terbentuk beberapa kelompok masyarakat yang tergabung dalam beberapa Padukuhan. Mereka mendiami wilayah kaki Gunung Batukaru dibagian barat. Masing – masing Padukuhan tersebut memiliki aturan – aturan, wilayah, serta cara sendiri – sendiri dalam bermasyarakat, maupun dalam berhubungan dengan Sang Hyang Pencipta ( Tuhan ). Sang Pencipta / Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ), dengan sifat ke Maha Kuasaan Nya, menciptakan seseorang yang nantinya memiliki kekuasaan penuh dalam masyarakat, Warih Wengin begitu sebutannya. Warih artinya keturunan, Wengin artinya A Wengi yang berarti alam Niskala atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ). Beliau terlahir dalam sebuah keluarga yang menempati suatu Padukuhan yang terletak di daerah bagian hilir. Sejak saat itu, daerah tersebut dikenal dengan nama Gunung Waringin.
Dari sanalah semuanya dimulai. Dengan segala kesaktian dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Beliau, mampu memikat hati masyarakat sehingga Beliau di angkat sebagai Pimpinan dengan sebutan Pacek, Paku, Pasek.
Ke tiga sebutan tersebut, sama – sama memiliki arti Raja. Selanjutnya Beliau mulai menata Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan, yang saat ini dikenal dengan konsep Tri Hita Karana. Dikisahkan Pasek hendak membangun Parahyangan. Pada saat itu Beliau melakukan Tapa Brata, Yoga Semadi. Dalam Semadinya, Beliau mendapat wangsit untuk membangun Kahyangan dengan menggunakan Batu Utama ( Bertuah ) sebagai dasar ( Sendi ). Dalam Semadi sehari – hari, diisyaratkan untuk mengambil batu dari sungai Yeh Kelih dan sungai Yeh Balian. Batu – batu tersebut, semuanya mengeluarkan sinar keemasan.
Kemudian Beliau memerintahkan warga untuk mengambil batu – batu tersebut. Warga yang mengambil batu di sungai Yeh Balian merasa kelelahan karena batu tersebut merupakan Pustaka dan lebih berat dari batu – batu yang lain. Oleh karena itu diputuskan untuk beristirahat di bawah pohon cemara yang ada di cabangnya, dan batu – batu itu diletakkan di cabang pohon cemara tersebut. Ketika tenaga mereka sudah pulih kembali, mereka hendak mengangkat kembali batu – batu itu. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika hendak mengangkat batu – batu tersebut, karena batu – batu tersebut seolah – olah melekat pada cabang ( engsel ) pohon cemara tersebut.
Dari kejadian – kejadian yang aneh tersebut, akhirnya wilayah tersebut diberi nama Batungsel yaitu tempat batu ma engsel. Dalam kurun waktu yang lama, kemudian pohon cemara itu tumbang, dan batu – batu yang melekat pada cabang pohon tersebut jatuh ke bawah. Ahirnya ditempat tersebut dijadikan Kahyangan yang disebut Pura Batur Cemara.
Demikianlah sejarah asal – usul singkat nama Desa Batungsel, yang sampai sekarang tetap dipertahankan dari zaman ke zaman.